Jakarta, 7 Juni 2014
(Ujang Rusdianto) - Berbicara tentang aktivitas perkuliahan di
kampus ternyata tidak hanya sebatas kuliah saja lantas selesai. Banyak potensi
yang bisa digali untuk meningkatkan kualitas, kompetensi dan lainnya. Apakah teori
saja cukup? Jika demikian, ini berarti selesai. Ibarat dua belah gambar dalam
keping uang logam, dimana ada teori disana juga harus ada praktik.
Teori dan praktek,
dua hal yang saling berkaitan satu sama lain karena keduanya memiliki tingkat
efektifitas yang setara. Maksudnya, jika keduanya dilakukan tanpa
dikombinasikan dengan baik akan terlihat tidak sempurna hasilnya.
Lalu, teori dan
praktek, mana yang lebih penting? Jawaban itu kembali pada individu yang
menilainya sejauh mana pentingnya antara dua hal tersebut. Banyak orang lebih
memilih praktek dibanding teori untuk mencari ilmu dan menambah wawasan mereka.
Namun sejatinya, jika hanya praktek yang dilakukan tanpa mengetahui teori yang
berkaitan, tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal dalam pencapaian ilmu
yang dicari dan begitu juga sebaliknya.
Terlalu banyak
memahami teori tanpa mempraktekkannya juga dapat menyebabkan hasil yang kurang
maksimal karena tidak mengerti apa dan bagaimana yang seharusnya diterapkan
dari teori tersebut.
Membincang laporan akhir secara spesifik, kadang
hal ini membosankan. Tapi itu sifatnya kekinian, karena hasilnya memiliki multi
effect di masa mendatang. Disinilah sebenarnya benang merah yang harus kita
pahami. Ketika kita mengalami hambatan, disanalah tolak ukur seberapa kemampuan
kita, dan pemahaman pada materi terkait lainnya. Bagaimanapun, sesuatu yang
kita peroleh, bukan lah suatu yang terpisah – tapi saling berkorelasi. Tinggal bagaimana
menyatukan dari banyak aspek keilmuan.
Ujian tertulis penting, tapi kerap hanya
berakhir dimeja para pendidik. Dibawa sebagai portfolio jelas tak mungkin. Dunia
kerja yang cenderung pragmatis, berbicara hasil karya. Tak heran jika banyak
yang berbekal ijazah, akhirnya menganggur – bukan karena tidak adanya lowongan,
tapi lebih pada tidak adanya portfolio personal yang dapat dibanggakan, dan
secara spesifik merujuk pada skills tertentu.
Muara lebih jauh, mahasiswa sarjana misalnya,
dituntut untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum,
dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian
berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang
ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah
mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah, atau penilaian
terhadap praktik para praktisi di lapangan.
Penyusunan laporan atau proposal, ditugaskan
kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun, menulis
berikut menganalisa lebih jauh. Sebab kalau tidak dibudayakan mulai dari
sekarang, maka disadari ataupun tidak kita akan menemukan kesulitan di kemudian.
Hal ini janganlah sampai.