Langsung ke konten utama

Iklan Korporat: Praktik Green PR atau Greenwash?

Ujang Rusdianto, 18 Mei 2013 - Lingkungan telah menjadi salah satu isu utama yang banyak didiskusikan selama satu dekade belakangan ini. Perubahan iklim yang terjadi sedemikian cepat serta bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, kekeringan yang berkepanjangan, dan suhu udara yang meningkat pesat, menandakan telah terjadi ketidakselarasan relasi antara manusia dengan lingkungan.

Sejalan dengan ini, publik tidak hanya menuntut perusahaan mengkomunikasikan produk dan jasanya, melainkan juga mengkomunikasikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Praktisi Public Relations kemudian dihadapkan pada pekerjaan baru -  ditengah lingkungan yang relatif tetap, tetapi kondisinya kian menurun.
Perkembangan ini kemudian memunculkan istilah Green Public Relations (PR Hijau). Istilah ini berasal dari "gerakan hijau", sebuah ideologi yang berusaha untuk meminimalkan efek dari aktivitas manusia terhadap lingkungan. Dalam praktiknya, sub-bidang Public Relations ini mengkomunikasikan tanggung jawab sosial perusahaan atau praktek-praktek ramah lingkungan kepada masyarakat.
Mengapa ini perlu dilakukan? Tujuannya adalah untuk menghasilkan peningkatan kesadaran merek dan meningkatkan reputasi organisasi. Untuk menelusuri taktik komunikasi yang digunakan Public Relations cukup mudah, umumnya akan menempatkan artikel berita, memenangkan penghargaan, berkomunikasi dengan kelompok-kelompok lingkungan dan mendistribusikan publikasi ke berbagai media.

Iklan Korporat sebagai Kendaraan
Periklanan yang dilakukan public relations atau corporate communication memang berbeda dengan periklanan yang dibuat oleh bagian pemasaran. Jika periklanan yang dibuat oleh bagian pemasaran, lebih bersifat persuasif atau membujuk konsumen untuk membeli produk perusahaan, biasa disebut iklan komersial/produk, periklanan public relations cenderung mengarah pada pembentukan citra dari produk yang positif dan mengarah pada pembentukan nama baik (goodwill) perusahaan.
Salah satu jenis iklan yang digunakan Public Relations untuk menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan adalah Iklan Korporat (Corporate Advertising). Iklan Korporat umumnya merupakan alat pendukung kampanye Public Relations dan Social Marketing.
Fenomenanya, iklan korporat semakin menjadi perhatian perusahaan-perusahaan, termasuk di Indonesia. Isi dari iklan korporat umumnya menampilkan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR). Melalui iklan korporat perusahaan berupaya menampilkan perspektif atau membingkai diri sebagai perusahaan yang peduli terhadap lingkungan sekitar.
Sebagian perusahaan ada yang mengkomunikasikannya karena mendapatkan sertifikat ISO 14001, mendapatkan PROPER Hijau atau Emas, menggunakan bahan-bahan Non B3, konsumsi energi produknya yang kecil, emisi kendaraan distribusi produk yang memenuhi standar, menanam jutaan pohon, dll. Tidak ada yang salah dengan komunikasi perusahaan tersebut, tetapi pahamkah perusahaan, pelanggan dan stakeholders lainnya mengenai klaim Green Company tersebut?
Dari sekian banyak iklan korporat yang ditampilkan, perhatian akan sadar lingkungan menjadi tema dominan yang paling banyak di pilih perusahaan-perusahaan. Selama lebih dari dua puluh tahun dukungan publik pada perlindungan lingkungan semakin meningkat. Bahkan gerakan Hijau (the green movement) menjadi salah satu iklan sadar lingkungan yang menjadi perhatian publik yang lebih penting dari yang lainnya.
Ada nuansa positif bila kemudian kita menyaksikan iklan korporat yang ditampilkan Public Relations dalam mengklaim sebagai perusahaan yang peduli lingkungan melalui iklan hijaunya.  Namun harus diakui, masih banyak kalangan bisnis yang belum menunjukkan perubahan fundamental dalam memperhatikan lingkungan sekitar.
Boleh jadi karena terbatasnya pemahaman, atau bahkan menafikan kebutuhan perubahan paradigmatik dalam kebijakan bisnis mereka. Jika demikian, maka dapat disimpulkan iklan greenwashing lah yang sebeneranya dikomunikasikan pada khalayak melalui iklan korporat.

Postingan populer dari blog ini

Pemberdayaan Masyarakat dan Bias Program Pembangunan

Jakarta, 1 Juli 2014 (Ujang Rusdianto) - Bukan pembahasan baru, jika pemberdayaan masyarakat harus pula melibatkan masyarakat di dalamnya. Sudah seharusnya pula, bahwa pembangunan di berbagai bidang sekarang ini menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat. Hal ini merupakan upaya meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Harus kita akui, keberhasilan suatu program pembangunan baik ditingkat pusat maupun daerah tidak terlepas dari peran serta masyarakat, sebab peran serta masyarakat yang diabaikan dalam pembangunan, rentan dengan penyimpangan-penyimpangan terhadap tujuan dari pembangunan yaitu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan dilibatkannya masyarakat dalam pembangunan diberbagai sektor, diharapkan akan kembali memberikan manfaat kepada masyarakat, dimana masyarakat berkesempatan memberikan pengawasan terhadap pembangunan yang sedang berlangsung. Selain itu, motivasi untuk menjaga dan memelihara hasil-hasil pemban...

Stakeholder Relations (2) : Mengkategorikan Stakeholder Organisasi

Jakarta, 25 Juni 2014 (Ujang Rusdianto) - Siapa saja yang dapat dianggap sebagai stakeholder yang sah terhadap operasi perusahaan? Untuk menentukan siapa stakeholders perusahaan Anda, maka sebuah organisasi harus melakukan stakeholders mapping atau analisa stakeholders , atau sebagian menyebutnya pemetaan stakeholders.   Menurut Stakeholder Saliance Model , pengelompokan stakeholder dapat dilakukan berdasarkan tipe sesuai kemampuan mempengaruhi suatu organisasi berdasarkan power, legitimasi dan urgensi yang dimilikinya (Cornelison, 2009 : 50). Model ini sekaligus menunjukkan bahwa pengenalan stakeholder tidak sekedar menjawab pertanyaan siapa stekholder suatu isu tapi juga sifat hubungan stakeholder dengan issu, sikap, pandangan, dan pengaruh stakeholder itu. Legitimasi berkaitan dengan individu/kelompok yang dianggap sah dan berhubungan dengan organisasi. Power terkait kekuatan atau pengaruh yang dimiliki oleh individu/kelompok tersebut. Sedangkan urgency terkait i...

Lebih Dekat dengan Cinematography

Jakarta, 27 Juni 2014 (Ujang Rusdianto) - Membincang istilahnya, cinematography (sinematografi) terdiri dua frasa, yaitu “Cinema” berarti Gerak dan “Graphy” berarti menulis, dengan kata lain menulis dalam gerak (written in motion). Maka sinematografi dapat diartikan sebagai proses pengambilan ide, kata-kata, aksi, emosi, nada dan segala aspek non-verbal yang ditampilkan dalam bentuk visual. Didalam sinematografi terdapat tool of cinematografi. Apa saja? Untuk menjawab pertanyaan ini setidaknya ada enam tools, yaitu : Frame, Lens, Lights and Colour, Texture, Movement dan Point of View (POV). Pertama, frame. Framing merupakan pembagian adegan berdasarkan sudut pandang, posisi kamera, persepsi cerita yang ditampilkan dalam sebuah shoot. Kedua. Lens, merupakan bagaimana sebuah gambar mewakili sudut pandang mata. Ketiga, Lights and Colour. Merupakan penggunaan warna dan pencahayaan dalam sebuah pengambilan gambar. Keempat, Texture. Menampilkan detil dari sebuah shoot. Kelima, Mo...