Langsung ke konten utama

CSR Lingkungan yang Sistematis dan Terintegrasi

Tangerang, 6 Juni 2015 - Kegiatan CSR bisa berkelanjutan jika program yang dibuat perusahaan benar-benar merupakan komitmen bersama dari segenap unsur yang ada di dalam perusahaan. Tanpa adanya dukungan semua elemen, maka program CSR tersebut seolah hanya merupakan bentuk kepedulian dari pemegang saham belaka.
 
Sementara diyakini bahwa melakukan kegiatan CSR yang berkelanjutan akan memberikan dampak positif dan manfaat yang lebih besar, baik bagi perusahaan maupun stakeholder yang terkait sekaligus dapat menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih mandiri dan sejahtera.  
 
Perusahaan diharapkan dapat mengimplementasikan kegiatan CSR bidang lingkungan secara sistematis dan terintegrasi dalam bisnis perusahaan, dimana perusahaan dapat merencanakan kegiatan CSR dengan cermat sesuai dengan model PDCA (Plan, Do, Check, Act).
 
Dengan mengintegrasikan PDCA di dalam perencanaan, kegiatan CSR bidang lingkungan diharapkan dapat berkelanjutan sehingga lingkungan yang lestari dan dapat memberikan manfaat langsung pada kehidupan masyarakat dapat tercapai.
 
Setiap kegiatan tersebut akan melibatkan semangat sinergi dari semua pihak untuk secara terus menerus membangun dan menciptakan kesejahteraan dan pada akhirnya akan tercipta kemandirian dari masyarakat yang terlibat dalam program tersebut. Dengan demikian kegiatan CSR yang berkelanjutan diharapkan akan dapat membentuk atau menciptakan kehidupan masyarakat  yang lebih sejahtera dan mandiri.
 
Untuk menjaga agar penerapan CSR bidang lingkungan dapat lebih sistematis dan terintegrasi, maka perlu dibentuk forum-forum CSR di setiap wilayah, dimana para anggota perusahaan dapat saling belajar dan mendukung satu dengan yang lain. Di dalam forum tersebut perlu dikembangkan model diskusi dengan berasaskan keterbukaan dimana setiap anggota memiliki hak dan kewajiban yang sama.
 
Dengan demikian, keberadaan forum CSR tersebut akan dapat menjadi wadah yang nyaman bagi para anggota untuk menyampaikan ide-ide maupun lesson learned terkait dengan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan CSR bidang lingkungan. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan pancingan kepada pengusaha lain, di luar forum tersebut untuk dapat berbuat hal yang sama bagi kepentingan masyarakat luas, agar lingkungan lestari dan masyarakat sejahtera dapat terealisasi dengan baik.
 
Untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan kegiatan CSR bidang lingkungan tidak hanya diperlukan komitmen yang kuat, namun juga partisipasi aktif semua pihak yang peduli terhadap keberlangsungan kehidupan umat manusia kini, esok dan di masa datang (UR/VI/2015).   

Postingan populer dari blog ini

Pemberdayaan Masyarakat dan Bias Program Pembangunan

Jakarta, 1 Juli 2014 (Ujang Rusdianto) - Bukan pembahasan baru, jika pemberdayaan masyarakat harus pula melibatkan masyarakat di dalamnya. Sudah seharusnya pula, bahwa pembangunan di berbagai bidang sekarang ini menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat. Hal ini merupakan upaya meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Harus kita akui, keberhasilan suatu program pembangunan baik ditingkat pusat maupun daerah tidak terlepas dari peran serta masyarakat, sebab peran serta masyarakat yang diabaikan dalam pembangunan, rentan dengan penyimpangan-penyimpangan terhadap tujuan dari pembangunan yaitu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan dilibatkannya masyarakat dalam pembangunan diberbagai sektor, diharapkan akan kembali memberikan manfaat kepada masyarakat, dimana masyarakat berkesempatan memberikan pengawasan terhadap pembangunan yang sedang berlangsung. Selain itu, motivasi untuk menjaga dan memelihara hasil-hasil pemban...

Stakeholder Relations (2) : Mengkategorikan Stakeholder Organisasi

Jakarta, 25 Juni 2014 (Ujang Rusdianto) - Siapa saja yang dapat dianggap sebagai stakeholder yang sah terhadap operasi perusahaan? Untuk menentukan siapa stakeholders perusahaan Anda, maka sebuah organisasi harus melakukan stakeholders mapping atau analisa stakeholders , atau sebagian menyebutnya pemetaan stakeholders.   Menurut Stakeholder Saliance Model , pengelompokan stakeholder dapat dilakukan berdasarkan tipe sesuai kemampuan mempengaruhi suatu organisasi berdasarkan power, legitimasi dan urgensi yang dimilikinya (Cornelison, 2009 : 50). Model ini sekaligus menunjukkan bahwa pengenalan stakeholder tidak sekedar menjawab pertanyaan siapa stekholder suatu isu tapi juga sifat hubungan stakeholder dengan issu, sikap, pandangan, dan pengaruh stakeholder itu. Legitimasi berkaitan dengan individu/kelompok yang dianggap sah dan berhubungan dengan organisasi. Power terkait kekuatan atau pengaruh yang dimiliki oleh individu/kelompok tersebut. Sedangkan urgency terkait i...

Lebih Dekat dengan Cinematography

Jakarta, 27 Juni 2014 (Ujang Rusdianto) - Membincang istilahnya, cinematography (sinematografi) terdiri dua frasa, yaitu “Cinema” berarti Gerak dan “Graphy” berarti menulis, dengan kata lain menulis dalam gerak (written in motion). Maka sinematografi dapat diartikan sebagai proses pengambilan ide, kata-kata, aksi, emosi, nada dan segala aspek non-verbal yang ditampilkan dalam bentuk visual. Didalam sinematografi terdapat tool of cinematografi. Apa saja? Untuk menjawab pertanyaan ini setidaknya ada enam tools, yaitu : Frame, Lens, Lights and Colour, Texture, Movement dan Point of View (POV). Pertama, frame. Framing merupakan pembagian adegan berdasarkan sudut pandang, posisi kamera, persepsi cerita yang ditampilkan dalam sebuah shoot. Kedua. Lens, merupakan bagaimana sebuah gambar mewakili sudut pandang mata. Ketiga, Lights and Colour. Merupakan penggunaan warna dan pencahayaan dalam sebuah pengambilan gambar. Keempat, Texture. Menampilkan detil dari sebuah shoot. Kelima, Mo...