Langsung ke konten utama

Transisi dari Cause Branding ke Komunikasi CSR


Jakarta, 29 Oktober 2015 - Sebuah perusahaan kini menjadi lebih canggih dalam melakukan pendekatan CSR, upaya komunikasi mereka diprediksi akan berkembang dari strategi Cause Branding yang lebih luas pada rencana komunikasi CSR yang menyeluruh.

Dengan tujuan tersebut perusahaan perlu mempertimbangkan metode Corporate Communication (komunikasi perusahaan) dan membuat kemajuan serta serius mengintegrasikan strategi komunikasi CSR ke dalam operasi mereka secara keseluruhan.

Sangat penting bagi perusahaan yang telah membuat komitmen untuk praktek yang bertanggung jawab lingkungan dan sosial untuk mengkomunikasikan implementasi CSR mereka. Komunikasi yang efektif dengan pemangku kepentingan ini bisa di mulai dari stakeholder internal; seperti terlibat investor, konsumen, dan karyawan.

Faktualnya, perusahaan yang berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan mereka sering dapat memperoleh pemahaman pasar yang lebih baik, meningkatkan loyalitas pelanggan mereka, dan membantu untuk meningkatkan standar bisnis.

Meningkatkan transparansi merupakan salah satu aspek yang paling penting dari CSR komunikasi. Namun, manajemen perusahaan perlu mempertimbangkan dua masalah ketika mereka memutuskan untuk berbagi informasi dengan publik. Apa saja?

Pertama, komunikasi mungkin akan melibatkan semua aspek operasi bisnis kecuali informasi rahasia personil atau data tertentu yang mungkin mengorbankan keunggulan kompetitif.  Kedua, perusahaan perlu memahami budaya dan norma-norma lokal di mana informasi itu akan di publikasikan. 

Sebagai contoh, Edelman Public Relations Worldwide, salah satu agensi PR terbesar di dunia dengan keahlian dalam cause branding, menunjukkan bahwa warga AS tampaknya lebih memperhatikan kontribusi perusahaan kepada masyarakat Eropa, sehingga kampanye yang berbasis di Eropa harus memiliki titik fokus yang berbeda, yang mencerminkan kekhawatiran pasar itu.

Postingan populer dari blog ini

Pemberdayaan Masyarakat dan Bias Program Pembangunan

Jakarta, 1 Juli 2014 (Ujang Rusdianto) - Bukan pembahasan baru, jika pemberdayaan masyarakat harus pula melibatkan masyarakat di dalamnya. Sudah seharusnya pula, bahwa pembangunan di berbagai bidang sekarang ini menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat. Hal ini merupakan upaya meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Harus kita akui, keberhasilan suatu program pembangunan baik ditingkat pusat maupun daerah tidak terlepas dari peran serta masyarakat, sebab peran serta masyarakat yang diabaikan dalam pembangunan, rentan dengan penyimpangan-penyimpangan terhadap tujuan dari pembangunan yaitu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan dilibatkannya masyarakat dalam pembangunan diberbagai sektor, diharapkan akan kembali memberikan manfaat kepada masyarakat, dimana masyarakat berkesempatan memberikan pengawasan terhadap pembangunan yang sedang berlangsung. Selain itu, motivasi untuk menjaga dan memelihara hasil-hasil pemban...

Stakeholder Relations (2) : Mengkategorikan Stakeholder Organisasi

Jakarta, 25 Juni 2014 (Ujang Rusdianto) - Siapa saja yang dapat dianggap sebagai stakeholder yang sah terhadap operasi perusahaan? Untuk menentukan siapa stakeholders perusahaan Anda, maka sebuah organisasi harus melakukan stakeholders mapping atau analisa stakeholders , atau sebagian menyebutnya pemetaan stakeholders.   Menurut Stakeholder Saliance Model , pengelompokan stakeholder dapat dilakukan berdasarkan tipe sesuai kemampuan mempengaruhi suatu organisasi berdasarkan power, legitimasi dan urgensi yang dimilikinya (Cornelison, 2009 : 50). Model ini sekaligus menunjukkan bahwa pengenalan stakeholder tidak sekedar menjawab pertanyaan siapa stekholder suatu isu tapi juga sifat hubungan stakeholder dengan issu, sikap, pandangan, dan pengaruh stakeholder itu. Legitimasi berkaitan dengan individu/kelompok yang dianggap sah dan berhubungan dengan organisasi. Power terkait kekuatan atau pengaruh yang dimiliki oleh individu/kelompok tersebut. Sedangkan urgency terkait i...

Lebih Dekat dengan Cinematography

Jakarta, 27 Juni 2014 (Ujang Rusdianto) - Membincang istilahnya, cinematography (sinematografi) terdiri dua frasa, yaitu “Cinema” berarti Gerak dan “Graphy” berarti menulis, dengan kata lain menulis dalam gerak (written in motion). Maka sinematografi dapat diartikan sebagai proses pengambilan ide, kata-kata, aksi, emosi, nada dan segala aspek non-verbal yang ditampilkan dalam bentuk visual. Didalam sinematografi terdapat tool of cinematografi. Apa saja? Untuk menjawab pertanyaan ini setidaknya ada enam tools, yaitu : Frame, Lens, Lights and Colour, Texture, Movement dan Point of View (POV). Pertama, frame. Framing merupakan pembagian adegan berdasarkan sudut pandang, posisi kamera, persepsi cerita yang ditampilkan dalam sebuah shoot. Kedua. Lens, merupakan bagaimana sebuah gambar mewakili sudut pandang mata. Ketiga, Lights and Colour. Merupakan penggunaan warna dan pencahayaan dalam sebuah pengambilan gambar. Keempat, Texture. Menampilkan detil dari sebuah shoot. Kelima, Mo...