Langsung ke konten utama

Perusahaan Perlu Berbicara dengan Cara yang Lebih Baik tentang CSR


Hati-hati, konsumen sekarang memiliki kecenderungan untuk menyalahkan perusahaan sampai mereka yakin bahwa perusahaan terbukti tidak bersalah. Fenomena inilah yang makin memperkuat argumen kenapa perusahaan harus secara proaktif mengkomunikasikan inisiatif CSR mereka.
Sebuah studi yang hasilnya dirilis 27 Mei lalu oleh Cone Comunications menyebutkan lima puluh dua persen dari konsumen menganggap perusahaan tidak bertindak secara bertanggung jawab dalam hal mendukung isu-isu lingkungan dan sosial. Sikap seperti itu terus melekat sampai mereka mendengar sebaliknya.
“Statistik ini mengkhawatirkan sebab fenomena tersebu bisa dimaknai bahwa perusahaan sekarang sudah berada dalam posisi bertahan,” kata Cone EVP Alison DaSilva. “Tapi, fenomena terseut sekaligus merupakan kesempatan bagi perusahaan untuk memastikan mereka berbicara tentang apa yang mereka lakukan dengan cara yang difahami oleh konsumen.”
Studi secara online yang dilakukan bersama dengan analisis spesialis pemasaran Ebiquity juga menemukan bahwa hampir dua pertiga dari konsumen (64%) mengabaikan sama sekali pesan-pesan CSR yang disampaikan perusahaan jika perusahaan menggunakan terminologi yang membingungkan. Namun demikian, kebingungan responden tentang pesan CSR perusahaan turun dari 71% pada 2011 menjadi 65% pada tahun 2015.
“Ini menunjukkan bahwa bagaimana cara perusahaan menyampaikan pesan tentang upaya CSR adalah penting,” jelas DaSilva. “Dalam menyampaikan pesan-pesan tentang CSR, banyak perusahaan ingin menampilkan angka-angka statistik, tapi seringkali data itu tidak dapat diakses dan didekati. Penelitian kami menegaskan kembali bahwa konsumen ingin mengetahui apa yang dilakukan perusahaan dengan cara yang relevan bagi mereka, misalnya dengan menggunakan campuran antara data dan cerita dampaknya secara personal.”
Untuk mempromosikan inisiatif CSR mereka, perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan laporan CSR. Ini karena dalam setahun terakhir, konsumen yang membaca laporan CSR hanya seperempatnya. Sebaliknya, merek harus menggunakan kemasan produk, media, dan iklan. Hampir satu dari lima (18%) dari mereka yang disurvei mengatakan media sosial dan saluran mobile platform efektif untuk mengkomunikasikan data tentang CSR.
Konsumen lebih memilih untuk mencerna data tentang CSR dan efeknya dalam bentuk ringkasan singkat tertulis (43%), website interaktif (34%), video (31%), dan infografis (25%). Hampir dua pertiga dari responden (64%) mengatakan bahwa mereka hanya memperhatikan upaya CSR perusahaan jika yang dilakukan suatu organisasi melebihi dari yang dilakukan perusahaan lain. Sekitar 90% memiliki kecenderungan memboikot pembelian berdasarkan praktek yang bertanggung jawab yang dilakukan oleh perusahaan.”
Cone melakukan penelitian pada bulan Februari dan Maret untuk menindaklanjuti survey global tentang sikap, persepsi dan perilaku konsumen pada 2011 dan 2013. Laporan ini mencerminkan sentimen dari hampir 10.000 warga di AS, Kanada, Brasil, Inggris, Jerman, Perancis, Cina, India, dan Jepang. “Konsumen lebih berdaya dari sebelumnya saat mendatangi kegiatan CSR,” kata DaSilva. “Ini adalah kesempatan besar dalam penyediaan ruang CSR secara keseluruhan.”
Baca selengkapnya :

Postingan populer dari blog ini

Pemberdayaan Masyarakat dan Bias Program Pembangunan

Jakarta, 1 Juli 2014 (Ujang Rusdianto) - Bukan pembahasan baru, jika pemberdayaan masyarakat harus pula melibatkan masyarakat di dalamnya. Sudah seharusnya pula, bahwa pembangunan di berbagai bidang sekarang ini menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat. Hal ini merupakan upaya meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Harus kita akui, keberhasilan suatu program pembangunan baik ditingkat pusat maupun daerah tidak terlepas dari peran serta masyarakat, sebab peran serta masyarakat yang diabaikan dalam pembangunan, rentan dengan penyimpangan-penyimpangan terhadap tujuan dari pembangunan yaitu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan dilibatkannya masyarakat dalam pembangunan diberbagai sektor, diharapkan akan kembali memberikan manfaat kepada masyarakat, dimana masyarakat berkesempatan memberikan pengawasan terhadap pembangunan yang sedang berlangsung. Selain itu, motivasi untuk menjaga dan memelihara hasil-hasil pemban...

Stakeholder Relations (2) : Mengkategorikan Stakeholder Organisasi

Jakarta, 25 Juni 2014 (Ujang Rusdianto) - Siapa saja yang dapat dianggap sebagai stakeholder yang sah terhadap operasi perusahaan? Untuk menentukan siapa stakeholders perusahaan Anda, maka sebuah organisasi harus melakukan stakeholders mapping atau analisa stakeholders , atau sebagian menyebutnya pemetaan stakeholders.   Menurut Stakeholder Saliance Model , pengelompokan stakeholder dapat dilakukan berdasarkan tipe sesuai kemampuan mempengaruhi suatu organisasi berdasarkan power, legitimasi dan urgensi yang dimilikinya (Cornelison, 2009 : 50). Model ini sekaligus menunjukkan bahwa pengenalan stakeholder tidak sekedar menjawab pertanyaan siapa stekholder suatu isu tapi juga sifat hubungan stakeholder dengan issu, sikap, pandangan, dan pengaruh stakeholder itu. Legitimasi berkaitan dengan individu/kelompok yang dianggap sah dan berhubungan dengan organisasi. Power terkait kekuatan atau pengaruh yang dimiliki oleh individu/kelompok tersebut. Sedangkan urgency terkait i...

Lebih Dekat dengan Cinematography

Jakarta, 27 Juni 2014 (Ujang Rusdianto) - Membincang istilahnya, cinematography (sinematografi) terdiri dua frasa, yaitu “Cinema” berarti Gerak dan “Graphy” berarti menulis, dengan kata lain menulis dalam gerak (written in motion). Maka sinematografi dapat diartikan sebagai proses pengambilan ide, kata-kata, aksi, emosi, nada dan segala aspek non-verbal yang ditampilkan dalam bentuk visual. Didalam sinematografi terdapat tool of cinematografi. Apa saja? Untuk menjawab pertanyaan ini setidaknya ada enam tools, yaitu : Frame, Lens, Lights and Colour, Texture, Movement dan Point of View (POV). Pertama, frame. Framing merupakan pembagian adegan berdasarkan sudut pandang, posisi kamera, persepsi cerita yang ditampilkan dalam sebuah shoot. Kedua. Lens, merupakan bagaimana sebuah gambar mewakili sudut pandang mata. Ketiga, Lights and Colour. Merupakan penggunaan warna dan pencahayaan dalam sebuah pengambilan gambar. Keempat, Texture. Menampilkan detil dari sebuah shoot. Kelima, Mo...