Tangerang Selatan, 18 Maret 2016 - Sejatinya,
tujuan dari pembangunan berkelanjutan adalah untuk memenuhi kebutuhan generasi
sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhan mereka. Sebagai kekuatan penting di dalam masyarakat, organisasi
dalam bentuk apa pun, memiliki sebuah peran penting dalam pencapaian tujuan
ini.
Salah
satu tantangan utama dari pembangunan berkelanjutan adalah adanya tuntutan akan
pilihan-pilihan dan cara berpikir yang baru dan inovatif. Perkembangan
pengetahuan dan teknologi dituntut tidak hanya memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat membantu dalam memecahkan permasalahan
terkait risiko dan ancaman terhadap keberlanjutan dari hubungan sosial kita,
lingkungan, dan perekonomian.
Karenanya,
pengetahuan dan inovasi baru dalam teknologi, manajemen dan kebijakan publik,
merupakan tantangan bagi segenap organisasi agar dapat membuat pilihan-pilihan
baru dalam melaksanakan operasional mereka, produksi, jasa-jasa, dan
aktivitas-aktivitas lainnya, yang akan berdampak terhadap bumi, manusia, dan
perekonomian.
Penting
dan besarnya desakan akan risiko dan ancaman terhadap keberlanjutan kita
bersama di samping peningkatan pilihan dan kesempatan, akan membuat transparansi
mengenai dampak ekonomi, lingkungan dan sosial menjadi komponen utama bagi
efektifnya hubungan dengan pemangku kepentingan, kebijakan investasi dan
hubungan pasar lainnya.
Untuk
dapat mendukung harapan ini dan juga dalam mengkomunikasikan secara jelas dan
terbuka mengenai keberlanjutan, maka diperlukan sebuah kerangka konsep yang
global, dengan bahasa yang konsisten dan dapat diukur. Adalah menjadi misi dari
Inisiatif Pelaporan Global/Global Reporting Initiative (GRI) untuk memenuhi
kebutuhan itu dengan menyediakan sebuah kerangka yang kredibel dan dapat
dipercaya dalam melaporkan keberlanjutan yang dapat digunakan oleh berbagai
organisasi yang berbeda ukuran, sektor, dan lokasinya.
Transparansi
mengenai keberlanjutan dari aktivitas organisasi menjadi perhatian penting dari
berbagai pemangku kepentingan, termasuk perusahaan, pekerja, lembaga swadaya
masyarakat, investor, akuntan, dan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan kenapa
GRI sangat bergantung pada kerja sama dari sebuah jejaring besar para ahli yang
berasal dari berbagai pemangku kepentingan dalam melakukan konsultasi untuk
mencapai konsensus.
Melalui
konsultasi ini, dan juga pengalaman praktis selama ini telah dapat memperbaiki
dan meningkatkan secara terus-menerus Kerangka Pelaporan yang ada sejak
didirikannya GRI di tahun 1987 (GRI didirikan pada 1987). Pembelajaran dari
pendekatan berbagai pemangku kepentingan ini telah menjadikan Kerangka
Pelaporan memiliki kredibilitas yang tersebar dan digunakan oleh berbagai
kelompok pemangku kepentingan (Ujang Rusdianto).