Langsung ke konten utama

Dua Arah ; Menciptakan Dialog Berkelanjutan

Tangerang, 8 Januari 2016 - Kemampuan melacak dan merespon harapan stakeholder (pemangku kepentingan) adalah sebuah komponen kunci dari kesuksesan strategi CSR (Corporate Social Responsibility), memungkinkan sebuah perusahaan untuk tetap terdepan dari perubahan etos dan dalam prosesnya, memperkuat reputasi mereka.

Sebuah cara primer, untuk memonitor harapan stakeholder adalah dengan mengangkat sebuah dialog berkelanjutan dan aktif dengan konsumen, pemegang saha, dan publik umum mengenai peran sosial dan lingkungan yang perusahaan perlu mainkan.

Singkatnya, kurangnya dialog dapat menyebabkan kurang kesadaran dari opini-opini publik eksternal atas isu-isu tanggung jawab sosial perusahaan. Pohle dan Hittner dalam publikasinya berjudul “The Rights Corporate Karma” mengungkapkan, 76 persen dari bisnis yang mereka survei tidak mengerti masalah CSR pada karyawan mereka, dan hanya 17 persen yang telah mengetahuinya.

Chevron dapat dikatakan contoh bagus untuk sebuah perusahaan yang telah membuat usaha-usaha penting untuk memperbaiki perbincangan CSR-nya di dalam sebuah industri yang dalam sejarag dikenal akan komunikasinya yang terbatas dan picik. Melakukan usaha bersama melibatkan pihak-pihak berkepeningan, Chevron sedang menciptakan sebuah dialog nyata engenai realita pasar-pasar eneri untuk mengedukasi publik sekaligus mengumpulkan umpan balik bagi konstituen.

Di Indonesia sendiri, Chevron mengkampanyekan “Kami Setuju”. Dengan beberapa topik penting seperti energi yang dapat diperbarui, perubahan iklim dan berbagai macam topik CSR lainnya, Chevron seperti mendorong sebuah diskusi terkait isu-isu yang mengelilingi operasinya. Melihat ini, hemat penulis, chevron dapat memanfaatkan sentimen publik dengan lebih langsung dan memposisikan diri sebagai korporat yang sesungguhnya dan yang lebih peduli.  

Postingan populer dari blog ini

Pemberdayaan Masyarakat dan Bias Program Pembangunan

Jakarta, 1 Juli 2014 (Ujang Rusdianto) - Bukan pembahasan baru, jika pemberdayaan masyarakat harus pula melibatkan masyarakat di dalamnya. Sudah seharusnya pula, bahwa pembangunan di berbagai bidang sekarang ini menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat. Hal ini merupakan upaya meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Harus kita akui, keberhasilan suatu program pembangunan baik ditingkat pusat maupun daerah tidak terlepas dari peran serta masyarakat, sebab peran serta masyarakat yang diabaikan dalam pembangunan, rentan dengan penyimpangan-penyimpangan terhadap tujuan dari pembangunan yaitu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan dilibatkannya masyarakat dalam pembangunan diberbagai sektor, diharapkan akan kembali memberikan manfaat kepada masyarakat, dimana masyarakat berkesempatan memberikan pengawasan terhadap pembangunan yang sedang berlangsung. Selain itu, motivasi untuk menjaga dan memelihara hasil-hasil pemban...

Stakeholder Relations (2) : Mengkategorikan Stakeholder Organisasi

Jakarta, 25 Juni 2014 (Ujang Rusdianto) - Siapa saja yang dapat dianggap sebagai stakeholder yang sah terhadap operasi perusahaan? Untuk menentukan siapa stakeholders perusahaan Anda, maka sebuah organisasi harus melakukan stakeholders mapping atau analisa stakeholders , atau sebagian menyebutnya pemetaan stakeholders.   Menurut Stakeholder Saliance Model , pengelompokan stakeholder dapat dilakukan berdasarkan tipe sesuai kemampuan mempengaruhi suatu organisasi berdasarkan power, legitimasi dan urgensi yang dimilikinya (Cornelison, 2009 : 50). Model ini sekaligus menunjukkan bahwa pengenalan stakeholder tidak sekedar menjawab pertanyaan siapa stekholder suatu isu tapi juga sifat hubungan stakeholder dengan issu, sikap, pandangan, dan pengaruh stakeholder itu. Legitimasi berkaitan dengan individu/kelompok yang dianggap sah dan berhubungan dengan organisasi. Power terkait kekuatan atau pengaruh yang dimiliki oleh individu/kelompok tersebut. Sedangkan urgency terkait i...

Lebih Dekat dengan Cinematography

Jakarta, 27 Juni 2014 (Ujang Rusdianto) - Membincang istilahnya, cinematography (sinematografi) terdiri dua frasa, yaitu “Cinema” berarti Gerak dan “Graphy” berarti menulis, dengan kata lain menulis dalam gerak (written in motion). Maka sinematografi dapat diartikan sebagai proses pengambilan ide, kata-kata, aksi, emosi, nada dan segala aspek non-verbal yang ditampilkan dalam bentuk visual. Didalam sinematografi terdapat tool of cinematografi. Apa saja? Untuk menjawab pertanyaan ini setidaknya ada enam tools, yaitu : Frame, Lens, Lights and Colour, Texture, Movement dan Point of View (POV). Pertama, frame. Framing merupakan pembagian adegan berdasarkan sudut pandang, posisi kamera, persepsi cerita yang ditampilkan dalam sebuah shoot. Kedua. Lens, merupakan bagaimana sebuah gambar mewakili sudut pandang mata. Ketiga, Lights and Colour. Merupakan penggunaan warna dan pencahayaan dalam sebuah pengambilan gambar. Keempat, Texture. Menampilkan detil dari sebuah shoot. Kelima, Mo...