Langsung ke konten utama

Menumbuhkembangkan Socioecopreneur di Indonesia

Jakarta, 15 Oktober 2014 (Ujang Rusdianto) - Socioecopreneurship merupakan para wirausaha yang peduli masyarakat dan lingkungan. Di Indonesia, penumbuhan dan pemberdayaan socioecopreneurship ini pada masyarakat lokal, bukan sesuatu yang mudah. Hal ini karena dari berbagai program yang pernah dilakukan baik oleh pihak swasta maupun pemerintah, tingkat kegagalannya tergolong tinggi. Penting sebelum membuat program yang berkaitan dengan socioecopreneurship, sebaiknya dilakukan studi awal yang baik.

Layaknya wirausaha pada umumnya, terdapat beberapa kendala yang dialami socioecopreneurship ini, yaitu antara lain : 1) manajemen dan kelembagaan usaha, 2) permodalan, 3) teknologi, 4) bahan baku, 5) informasi dan pemasaran, 6) infrastruktur, 7) birokrasi dan pungutan, serta 8) kemitraan.
Oleh karena itu, perusahaan ataupun lembaga keuangan yang ingin bersinergi memberdayakan calon-calon socioecopreneur dikalangan masyarakat lokal perlu memberikan perkuatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan usaha socioecopreneur / calon socioecopreneur, perkuatan permodalan, pembinaan, dalam penggunaan bahan baku dan teknologi yang lebih ramah lingkungan dalam sistem produksi, pemberian informasi termasuk mendekatkan mereka pada sisi sosial dan lingkungan, perluasan pasar serta pengembangan kemitraan untuk memperbesar skala usaha mereka.
Oleh karena itu, sinergi lintas sektoral antara pemerintah, perusahaan dan para socioecopreneur ini menjadi syarat mutlak dalam pegembangan dan penumbuhan socioecopreneur. Perusahaan maupun lembaga keuangan yang telah berkomitmen untuk membantu program pemerintah dalam mendorong penumbuhan wirausaha baru dalam hal ini socioecopreneur diharapkan mampu memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah. Lain itu, pemerintah sebagai pembuat kebijakan juga diharapkan bisa menerbitkan kebijakan-kebijakan yang memihak bidang usaha ini. Sedangkan Socioecopreneur, ditekankan harus mampu melakukan inovasi karena inovasi adalah alat spesifik dari wirausaha.

Postingan populer dari blog ini

Pemberdayaan Masyarakat dan Bias Program Pembangunan

Jakarta, 1 Juli 2014 (Ujang Rusdianto) - Bukan pembahasan baru, jika pemberdayaan masyarakat harus pula melibatkan masyarakat di dalamnya. Sudah seharusnya pula, bahwa pembangunan di berbagai bidang sekarang ini menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat. Hal ini merupakan upaya meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Harus kita akui, keberhasilan suatu program pembangunan baik ditingkat pusat maupun daerah tidak terlepas dari peran serta masyarakat, sebab peran serta masyarakat yang diabaikan dalam pembangunan, rentan dengan penyimpangan-penyimpangan terhadap tujuan dari pembangunan yaitu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan dilibatkannya masyarakat dalam pembangunan diberbagai sektor, diharapkan akan kembali memberikan manfaat kepada masyarakat, dimana masyarakat berkesempatan memberikan pengawasan terhadap pembangunan yang sedang berlangsung. Selain itu, motivasi untuk menjaga dan memelihara hasil-hasil pemban...

Stakeholder Relations (2) : Mengkategorikan Stakeholder Organisasi

Jakarta, 25 Juni 2014 (Ujang Rusdianto) - Siapa saja yang dapat dianggap sebagai stakeholder yang sah terhadap operasi perusahaan? Untuk menentukan siapa stakeholders perusahaan Anda, maka sebuah organisasi harus melakukan stakeholders mapping atau analisa stakeholders , atau sebagian menyebutnya pemetaan stakeholders.   Menurut Stakeholder Saliance Model , pengelompokan stakeholder dapat dilakukan berdasarkan tipe sesuai kemampuan mempengaruhi suatu organisasi berdasarkan power, legitimasi dan urgensi yang dimilikinya (Cornelison, 2009 : 50). Model ini sekaligus menunjukkan bahwa pengenalan stakeholder tidak sekedar menjawab pertanyaan siapa stekholder suatu isu tapi juga sifat hubungan stakeholder dengan issu, sikap, pandangan, dan pengaruh stakeholder itu. Legitimasi berkaitan dengan individu/kelompok yang dianggap sah dan berhubungan dengan organisasi. Power terkait kekuatan atau pengaruh yang dimiliki oleh individu/kelompok tersebut. Sedangkan urgency terkait i...

Lebih Dekat dengan Cinematography

Jakarta, 27 Juni 2014 (Ujang Rusdianto) - Membincang istilahnya, cinematography (sinematografi) terdiri dua frasa, yaitu “Cinema” berarti Gerak dan “Graphy” berarti menulis, dengan kata lain menulis dalam gerak (written in motion). Maka sinematografi dapat diartikan sebagai proses pengambilan ide, kata-kata, aksi, emosi, nada dan segala aspek non-verbal yang ditampilkan dalam bentuk visual. Didalam sinematografi terdapat tool of cinematografi. Apa saja? Untuk menjawab pertanyaan ini setidaknya ada enam tools, yaitu : Frame, Lens, Lights and Colour, Texture, Movement dan Point of View (POV). Pertama, frame. Framing merupakan pembagian adegan berdasarkan sudut pandang, posisi kamera, persepsi cerita yang ditampilkan dalam sebuah shoot. Kedua. Lens, merupakan bagaimana sebuah gambar mewakili sudut pandang mata. Ketiga, Lights and Colour. Merupakan penggunaan warna dan pencahayaan dalam sebuah pengambilan gambar. Keempat, Texture. Menampilkan detil dari sebuah shoot. Kelima, Mo...