Jakarta, 9 Oktober 2014
(Ujang Rusdianto) - Karakteristik fundamental dari tanggung jawab sosial/CSR
adalah integrasinya melalui semua bagian dari perusahaan dan kegiatannya. Hal
ini mencakup tanggung jawab sosial ke dalam suatu bagian penting dari
perusahaan, strategi, sistem, praktek, dan proses.
CSR ataupun bagiannya
seperti CID (Community Involvement and Development), seharusnya
merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan serta
protofolio CID. Komitmen perusahaan terhadap CSR tentunya diharapkan tertuang
dalam visi dan misi.
Beberapa contoh visi dan
misi perusahaan yang sejalan dengan
triple bottom line dapat dilihat sebagai berikut: “Menjadi perusahaan
energi berbasis batubara terkemuka di Indonesia dengan pertumbuhan
berkesinambungan yang dicapai melalui profesionalisme, peduli terhadap karyawan
dan lingkungan.”
Dalam contoh lain, “Perusahaan
bertekad menjadi perusahaan yang terkemuka, tangguh dan menciptakan nilai untuk
shareholder dan stakeholder dengan fokus dibidang eksplorasi dan produksi,
minyak bumi & gas”; atau Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas
Dunia, melalui pemberian nilai tambah kepada seluruh pemangku kepentingan.”
Beberapa potongan kalimat
atau kata yang merepresentasikan konsep 3P: "...dengan pertumbuhan
berkesinambungan"; "...dengan beretika/bermartabat";
"...peduli terhadap kepentingan stakeholder." Selanjutnya, Visi, misi
dan value yang telah sejalan dengan triple bottom line tersebut harus
diterjemahkan dalam strategi bisnis perusahaan yang sejalan dengan pembangunan
berkelanjutan.
Visi, misi serta value ini perlu diterjemahkan dalam bentuk
yang lebih nyata yang menuntun pada rencana aksi bersama seluruh elemen
perusahaan, yakni tujuan dan sasaran strategis. Dalam hal ini, setiap
perusahaan tentunya mempunyai tujuan dan sasaran strategis berbeda, misalnya
rencana ekspansi, peingkatan kapasitas produksi, penetrasi pasar, rencana untuk
IPO dan lain-lainnya.
Pengembangan tujuan – tujuan stategis CID dapat dikembangkan
dari memadukan tujuan –tujuan perubahan sosial ekonomi, perbaikan kondisi
lingkungan bisnis dan pengembangan performa bisnis secara sinergis. Untuk itu
perusahan perlu keluar melihat kondisi eksternal dan melihat kedalam yakni
kondisi perusahan dan tujuan tujuan bisnis yang telah dirancang sebelumnya.
Beberapa contoh dampak yang bisa dicantumkan (perlu
disesuaikan dengan kondisi internal dan eksternal masing-masing perusahaan)
adalah: 1) Penurunan
resiko sosial (konflik);2) Akses
pada sumberdaya penting misal tanah dam lainnya; 4) Efektifitas manajemen rantai nilai; 5) Reputasi; 6) Akses pada SDM lokal yang
berkualitas; dan 7) Penerimaan
pasar.