Jakarta, 25 Juni 2014 (Ujang Rusdianto)
- Dalam melakukan sebuah program perusahaan,
tentunya Public Relations atau Corporate Communication harus mengetahui siapa
stakeholder mereka. Untuk melakukannya, ada empat langkah dalam memprioritaskan
para pemangku kepentingan dengan organisasi atau perusahaan yang bersangkutan dalam
rangka untuk mengetahui pemangku kepentingan mereka.
Langkah pertama adalah mengidentifikasi stakeholder. Indentifikasi stakeholder bisa dilakukan dengan membagi kelompok–kelompok berdasarkan hubungan dengan organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Model anable linkage (Gruning and Hunt, dalam Rawlins : 2006) telah memberikan pembenaran karena membantu untuk mengklasifikasikan stakeholder berdasarkan hubungan mereka dengan perusahaan.
Langkah pertama adalah mengidentifikasi stakeholder. Indentifikasi stakeholder bisa dilakukan dengan membagi kelompok–kelompok berdasarkan hubungan dengan organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Model anable linkage (Gruning and Hunt, dalam Rawlins : 2006) telah memberikan pembenaran karena membantu untuk mengklasifikasikan stakeholder berdasarkan hubungan mereka dengan perusahaan.
Model ini mempunyai kontrol dan otoritas
terhadap organisasi atau perusahaan karena mereka mempunyai kemampuan untuk
membuat organisasi mempunyai otoritas dan sumber daya sehingga mereka dapat
beroperasi. Misalnya Pemegang saham, jajaran direksi, dan pemerintah adalah
pihak yang memiliki beberapa kontol dan wewenang atas perusahaan,
kelompok-kelompok ini dianggap mampu menjamin berjalannya program perusahaan.
Langkah kedua memprioritaskan stakeholder. Dalam memprioritaskan stakeholder ada tiga atribut
menurut Mitchell’s (1997: Rusdianto, 2013 : 38) yaitu, power, legitimacy dan urgency.
Misalnya, Pemegang saham dan dewan direksi merupakan stakeholder yang dominan
karena mereka mempunyai power
dan legitimacy
dalam organisasi atau perusahaan. Mereka juga bisa memiliki urgency ketika program
kehumasan atau program perusahaan lainnya mempengaruhi investasi mereka jika
ada resiko yang tidak diinginkan.
Langkah ketiga memprioritaskan stakehoder
terhadap hubungan dengan situasi. Pada
langkah yang ketiga ini memprioritaskan stakeholder terhadap hubungannya dengan
situasi terdapat tiga variabel kenapa individu atau stakeholder menjadi aktif
terhadap situasi yaitu; level
of involvement, problem recognition, dan contraint recognition (Rawlins: 2006).
Level of involvement yaitu dimana tingkat keterikatan atau keikut sertaan
terhadap isu yang berkembang dan bagaimana menyadari sejauh mana stakeholder
terkait terhadap isu. Misalnya, ketika konsumen memiliki level of involvement
tinggi, maka konsumen bisa mengenali masalah yang ada (problem recognition).
Selanjutnya Konsumen bisa menentukan
apakah produk tersebut layak untuk dipakai atau tidak ketika mereka sudah
menegenali isu yang ada.
Langkah keempat memprioritaskan stakeholder
berdasarkan strategi komunikasi. Misalnya, launching produk Honda CBR 250R yang ditujukan untuk
mempengaruhi perilaku konsumen pecinta honda. Dalam hal ini para pecinta motor
honda (konsumen) bisa menjadi stakeholder
ketika mereka secara aktif dan suportive terlibat dalam proses
launching produk Honda CBR 250R. Mereka juga aktif dalam isu-isu yang ada
mengenai produk baru honda ini. Mereka juga suportive terhadap adanya produk
honda dengan mendukung adanya launching produk itu.
Baca Selengkapnya dalam Buku :
Ujang Rusdianto, 2013. CSR Communications : A Framework for
PR Practitioners, Graha Ilmu : Yogyakarta.