Bank Dunia (2001)
mengungkapkan, partisipasi merupakan proses dimana stakeholder mempengaruhi dan berbagi kontrol terhadap inisiatif
pembangunan dan keputusan serta sumber daya yang mempengaruinya.
Dari definisi tersebut jelas, bahwa suatu proses tidak dapat diberi label “partisipatif” bila masalah “mempengaruhi” dan “berbagi” tentang “inisiatif”, keputusan dan sumber daya” tidak muncul.
Dari definisi tersebut jelas, bahwa suatu proses tidak dapat diberi label “partisipatif” bila masalah “mempengaruhi” dan “berbagi” tentang “inisiatif”, keputusan dan sumber daya” tidak muncul.
Persepsi mempengaruhi Partisipasi
Partisipasi stakeholder akan dipengaruhi bagaimana persepsi stakeholder terhadap perusahaan.
Sederhananya, persepsi merupakan bagaimana seseorang memandang atau mengartikan
sesuatu. Persepsi
tersebut dapat berupa pandangan terhadap kebijakan, program, kegiatan, dan
upaya promosi yang dilakukan perusahaan terhadap masyarakat.
Tentunya, persepsi stakeholder yang beragam dapat menimbulkan sikap yang beragam pula
pada perusahaan. Setiap perusahaan tentu berharap sikap yang dimunculkan dari
persepsi adalah sikap positif. Namun karena beragamnya karakter dari
masing-masing stakeholder, bukan
tidak mungkin bila kemudian sikap yang muncul adalah sikap negatif. Dalam
banyak kasus, sikap negatif dapat berubah menjadi perilaku dalam bentuk aksi
tindakan fisik.
Ada dua faktor yang mempengaruhi
persepsi stakeholder terhadap
akivitas perusahaan. Pertama, faktor
fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang
termasuk dalam faktor-faktor personal. Persepsi tidak ditentukan oleh jenis
atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada
stimuli tersebut. Kedua, faktor
struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang
ditimbulkannya pada sistem saraf individu.
Dalam konteks komunikasi, persepsi stakeholder juga akan dipengaruhi oleh
keterdedaan media komunikasi. Keterdedahan
komunikasi sebagai padanan media exposure,
dalam hal ini berkaitan dengan aktifitas pencarian informasi berupa aktifitas
mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami, dengan
sedikitnya sejumlah perhatian minimal pada pesan media.
Baca Selengkapnya dalam Buku :
Ujang Rusdianto, 2013. CSR Communications : A Framework for
PR Practitioners, Graha Ilmu : Yogyakarta.