Jakarta, 15 Maret 2014 - Ayu Destiany - Memperingati “Hari Pohon
Sedunia” yang jatuh setiap tanggal 21 November, Tupperware Indonesia mendukung
program konservasi hutan dari WWF Indonesia bertajuk “My
Baby Tree”. Program ini adalah gerakan menanam pohon secara
virtual tetapi tumbuh di alam nyata dengan mengajak
publik untuk menanam pohon secara bersama-sama di areal seluas 5 hektar.
Program “My Baby Tree” ini juga diharapkan mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk
memerhatikan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. DAS
Ciliwung merupakan daerah tangkapan hujan penyangga wilayah Jakarta, Bogor dan
Depok yang kini masuk dalam salah satu DAS dengan kategori kritis di Indonesia.
Kelestarian DAS Ciliwung ini sangat penting karena sering dikaitkan sebagai
penyebab banjir yang melanda Jakarta. Keberadaan
pohon dapat menahan air agar tidak meluap di aliran Sungai Ciliwung.
Khalayak yang dituju dalam acara ini adalah staff dan rekan media, terlihat
dalam “Selain para Staff, Executive
Committee Tupperware Indonesia, yaitu Nining W. Pernama (Managing
Director Tupperware Indonesia), Ricky Dendeng (National Sales
Director Tupperware Indonesia), Helen Effendi (Finance Director Tupperware
Indonesia) turut serta dalam aksi tanam pohon ini.” Lalu “Usai
kegiatan penanaman pohon, para staff dan rekan-rekan media pun mengikuti
kegiatan...”
Hemat Saya, program ini sekilas merupakan program
yang sangat baik namun apakah program ini dapat dikatakan berhasil, saya pikir
berhasil tapi jika saya ubah pertanyaan saya “ APAKAH POHON – POHON TERSEBUT
AKAN TUMBUH BESAR TANPA PERAWATAN YANG BERLANJUT?”.
Pengembangan Program
Membaca artikel yang dipublikasikan beritasatu.com (16/03/13), berjudul “Menjaga Air Bersih, Tupperware Tanam 10.000 Bakau “, bahwa pihak Tuperware akan membuat kembali aksi tanam pohonnya. Kita tau bahwa sebatang pohon berharga bagi masa depan anak cucu kita namun dibalik itu pokok permasalahannya bukan sekadar tanam tetapi bagaimana merawatnya agar tanaman itu tumbuh dan berkembang menjadi sebuah pohon.
Sekarang
ini banyak aksi-aksi penanaman pohon yang dilakukan baik pemerintah, agama,
adat maupun organisasi-organisasi yang ada, namun setelah penanaman tidak ada
perhatian kembali, Sama halnya spserti manusia, pohon itu tentunya perlu
naungan untuk melindunginya dan juga perlu makanan tambahan seperti pupuk dan
pengolahan tanah yang telaten serta teliti.
Kedepan,
perlu ada suatu rasa tanggung jawap dengan apa yang dilakukan, siapa yang
menanam harus memperhatikannya atau memelihara tanaman tersebut dan perlu ada
kerja sama atau melibatkan masyarakat setempat bagaimana tindak lanjut dari
penanaman yang dilakukan. Jangan sampai setelah penanaman pada pagi hari dan
kemudian sore harinya mulai layu dan keesokan harinya tinggal nama pohon saja.
Walaupun
pada artikel “Tupperware Green Living:
AKSI TANAM 2.000 TUNAS POHON” bahwa setiap pohon yang dirtanam akan dilengkapi dengan GeoTag, sehingga
pertumbuhannya dapat dimonitor WWF melalui GoogleEarth. Namun pihak tuperware juga harus tetap
bertanggung jawab dalam merawat pohon tersebut
Solusinya
adalah, pohon itu kan butuh makanan butuh tindak lanjutnya setelah penanaman
jangan hanya sekedar bahan untuk dipublikasikan saja lalu diabaikan jadi pihak
Tuperware harus tetap bertanggung dalam menjaga dan merawat mungkin salah
satunya bekerjasama dengan masyarakat setempat dalam membantu merawat dan
menjaga pohon – pohon tersebut.