Nutrisasi : Campaign via Social Media

Jakarta, 14 Maret 2013 – Indriani Puspitasari - Game sudah menjadi alternatif hiburan bagi tua, muda, pria maupun wanita. Seiring perkembangan tekhnologi dan informasi perkembangan game di dunia juga semakin pesat, tidak terkecuali di Indonesia. Kini game dapat dengan mudah diakses melalui beragam platform, tentu saja hal tersebut merupakan kabar menyenangkan bagi para penggemarnya.
Tren selanjutnya adalah sinkronisasi game dengan media sosial yang juga mendapat sambutan hangat dari para gamers. Kondisi ini telah dilihat oleh para praktisi PR perusahaan sebagai peluang dalam menciptakan ide baru guna menjangkau publiknya. Kepopuleran game dijadikan alat perusahaan untuk lebih mudah mengkomunikasikan pesan kepada khalayak atau komunitasnya melalui gamification. Gamification dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengaplikasikan mekanisme atau aturan permainan yang ada di dalam game kepada aktifitas non-game untuk tujuan tertentu.

Mengenal Social Garden
NutriSari merupakan salah satu contoh produk yang telah melakukan gamification dalam menjangkau publiknya. NutriSari adalah produk minuman dari Nutrifood, sebuah perusahaan makanan dan minuman di Indonesia yang telah berdiri sejak Tahun 1979. Didorong oleh kesadaran tinggi akan pentingnya kegiatan community relations oleh perusahaan, NutriSari berusaha menyentuh komunitasnya melalui program yang dinamai “NutriSari Social Garden”.
“NutriSari Social Garden” adalah aktivitas permainan online dimana peserta bisa berkebun melalui website (http://www.nutrisarisocialgarden.com/) yang harus terhubung dengan akun facebook dan twitter masing-masing peserta. Komunitas sasaran pada program ini adalah masyarakat luas atau para konsumen NutriSari di dunia maya (netizen). “NutriSari Social Garden” mencoba untuk “mem-gamification-kan” aktifitas berkebun menjadi sebuah game berbasis website yang menyenangkan. Karena game ini terhubung dengan akun social media dari masing-masing user maka aktifitas permainan bisa diketahui oleh teman-teman dari user tersebut.
Dewasa ini community relations digital dinilai lebih efektif dalam membangun citra suatu merek atau korporasi. Selain berbiaya murah juga mampu memompa kinerja merek tersebut di dunia maya. Akan tetapi perlu dilakukan penelitian mendalam terlebih dahulu mengenai karakter netizen yang menjadi target sasaran untuk memudahkan pemilihan tools yang akan digunakan. Nampaknya hal inilah yang dilakukan oleh NutriSari, melihat fenomena games online yang kian diminati oleh masyarakat Indonesia, NutriSari mencoba menjadikan game online sebagai sarana untuk menjalin hubungan dengan komunitasnya di dunia maya.
Dalam “NutriSari Social Garden” berlaku sistem reward and punishment. Peserta yang rajin merawat kebunnya akan memperoleh poin tinggi. Sebaliknya bagi yang malas merawat, poin dan level permainannya akan berkurang sehingga diharapkan dapat memotivasi setiap peserta untuk rajin mengunjungi situs game ini. Menyenangkannya lagi adalah setiap  tanaman yang ditanam di Social Garden akan ditanam juga oleh gardener NutriSari di kebun seluas 4,9 Ha yang berlokasi di Sentul Bogor. Selanjutnya hasil panen dari tanaman-tanaman tersebut akan didonasikan ke yayasan sosial sebagai bentuk strategi CSR dari NutriSari.
Melalui “NutriSari Social Garden” NutriSari mengajak konsumennya berkebun secara virtual sekaligus beramal secara nyata. NutriSari secara tidak langsung juga mengkampanyekan manfaat dari sayuran dan buah-buahan serta menunjukkan kepedulian terhadap sesama dengan mendonasikan hasil panen tersebut. Program ini merupakan kombinasi antara online dan offline. Selain memperkuat positioning, keberadaan Social Garden merupakan bentuk kontribusi terhadap program petani binaan kebun NutriSari di Sentul agar bermanfaat bagi masyarakat luas.

Pentingnya Stakeholder Engagement
Konsep program ini cukup kuat, NutriSari bukan hanya telah melakukan community relations berbiaya murah, namun juga mampu menciptakan engagement di media sosial dengan konsumennya. Para konsumen pun merasa senang dapat menjadi bagian dari program tersebut, karena bisa ikut menyumbang dengan hanya mengandalkan koneksi internet saja, tanpa harus mengeluarkan uang. Program ini cukup sukses, fans NutriSari di facebook melonjak, follower twitter merangkak, dan tercatat 14.887 peserta ikut berkebun di social garden.
Beberapa hal yang dapat dipelajari dari program “NutriSari Social Garden” antara lain adalah bahwa program CSR online harus dikemas semenarik mungkin agar mencapai tujuan yang ditargetkan, karena tidak mudah menarik simpati warga dunia maya pada sebuah kampanye di digital, bahkan kampanye yang mengajak mereka untuk beramal sekalipun. Selain harus menarik, publikasi yang rutin dan terukur juga penting.
Pada kasus NutriSari, salah satu bentuk publikasi dilakukan melalui sinkronisasi jejaring sosial, sehingga bukan hanya pihak NutriSari yang menggaungkan adanya kegiatan ini tetapi setiap peserta yang memainkannya. Selain itu NutriSari juga mengadakan berbagai kuis pada beberapa periode guna meningkatkan antusiasme setiap peserta. Sayangnya publikasi yang dilakukan NutriSari sendiri masih belum maksimal, bahkan publikasi hasil donasi dari event tersebut tidak ditemukan di akun facebook-nya.
Menggabungkan social media seperti facebook dan twitter dengan website kampanye brand memang bukan hal mudah. Dari sisi brand, yang perlu dipantau pun menjadi semakin banyak. Kalau ada masalah dan tidak diatasi segera, konsekuensi negatif penyebarannya pun dengan cepat meluas. Namun sisi baiknya, kampanye brand lebih mudah menyasar target yang diinginkan, dengan profil yang lebih lengkap. Keberadaan facebook (dan juga twitter) memang membantu dalam mengidentifikasi profil seorang pengguna, brand juga bisa dengan mudah mendapatkan insight menarik langsung dari penggunanya, yang bisa menjadi masukan dalam program selanjutnya.
Sayangnya, dari pantauan facebook dan twitter-nya dalam masa periode kegiatan, NutriSari terlihat tidak cepat tanggap dalam mengatasi berbagai keluhan maupun pertanyaan dari para user aplikasinya. Beberapa keluhan yang ditemukan antara lain mengenai penuhnya server sehingga seringkali game susah diakses atau lambatnya koneksi serta beragam pertanyaan seputar ketentuan permainan. Kelemahan selanjutnya adalah game ini kurang memadai jika diakses melalui perangkat tablet atau handphone.
Hasilnya akan lebih maksimal jika NutriSari lebih teratur melaksanakan publikasi dan fokus terhadap satu kegiatan saja dalam periode tertentu. Mengirimkan link berbagai informasi terkait kegitasan yang ada di microsite ke media sosial juga dapat meningkatkan awareness target sasaran, tentunya konten dan visualisasi yang menarik harus selalu diperhatikan. Kemudian, melibatkan komunitas blogger atau seleb Twitter dalam mengkampanyekan suatu kegiatan atau kampanye perusahaan juga dapat dijadikan alternatif dalam menggalang peserta sebanyak-banyaknya. Dari segi tekhnis juga perlu ditingkatkan agar kendala dapat diminimalkan. Saran terakhir adalah sebaiknya CSR digital NutriSari tidak hanya sebatas disini saja, tapi harus berkelanjutan dan terencana, karena jika hanya sekali dilakukan hal tersebut hanya bisa dinilai sebagai filantropi semata. Lebih baik lagi jika NutriSari juga memperhatikan bidang lain sebagai sasarannya, seperti contohnya bidang pendidikan.

Translate

More

Search This Blog

Ujang Rusdianto

Ujang Rusdianto
Consultant / Trainer / Public Speaker / Lecturer UMN / Owner Kasa 1 Indonesia

Kontak

Riveira Village
Jl. Riveira Barat No. 27
Tangerang, Banten
Telp : (021) 2222 8658
Mobile : 0878-3855-1988 (Whatsaap)
0821-1376-0538