Corporate Communication; Peluang dan Tantangan dalam Mengintegrasikannya


Secara umum, komunikasi perusahaan (Corporate Communication) adalah pesan yang dikeluarkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan, badan, atau lembaga untuk publiknya. "Publik"  dapat baik  internal  (karyawan,  stakeholder,  dan  pemegang saham yaitu saham) dan eksternal (lembaga, mitra saluran, media, pemerintah, badan industri dan lembaga, masyarakat pendidikan dan umum).
Konsep Corporate Communication ini dapat dilihat sebagai struktur komunikasi integratif yang menghubungkan para pemilik kepentingan kepada organisasi atau perusahaan. Struktur Corporate Communication adalah sebuah sistem yang memungkinkan perusahaan untuk mengatur segala bentuk dan jenis komunikasi secara strategis.
Fungsinya  antara antara lain menjabarkan visi dan misi korporat menjadi misi komunikasi, bahkan diturunkan lagi menjadi strategi dan taktik komunikasi korporat. Selain itu, rangkaian misi-strategi komunikasi itu diterjemahkan menjadi misi merek korporat (corporate brand mission) dan janji merek (brand promises) kepada publik. Itulah yang kemudian menjadi strategi dan taktik atau program pembangunan merek (brand building), baik merek korporat (corporate brand) maupun merek produk (product brand).
Ini semakin diperlukan manakala ditemui bahwa stakeholder (pemangku kepentingan) kini semakin beragam. Setiap perusahaan harus cerdas melempar anak panah mereka pada masing-masing stakeholder. Namun manakala upaya ini dilakukan tidak terintegrasi, bisa jadi perusahaan akan merasa “kelelahan” dan menghamburkan banyak “anak panah” – untung jika tepat sasaran, jika tidak?
Membincang terintegrasi dalam Komunikasi Perusahaan, tidak hanya bertujuan untuk memajukan rencana pemasaran – seperti yang telah banyak dilakukan melalui IMC (Integated Marketing Communication). Namun, lebih dari itu komunikasi perusahaan yang terintegrasi juga bertujuan untuk memajukan rencana operasional perusahaan secara keseluruhan dan menyelaraskan brand dengan reputasi. Dengan demikian, perusahaan dengan segenap potensi yang dimiliki harus mulai memikirkannya untuk keberlanjutan bisnis perusahaan berikut menyiapkan model rencana kerja dan melaksanakan nya dengan konsisten.
Ikuti agenda training terdekat-nya ;

Community Relations : Sudahkah memiliki hubungan timbal balik?


Suatu perusahaan tentu harus mampu menjaga hubungan dengan komunitas di sekitar perusahaan karena mereka mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu hubungan yang harus dibina oleh PR dalam suatu perusahaan adalah hubungan dengan komunitas (community relations).
Dalam pelaksanaan fungsi humas, komunitas dipandang sebagai suatu kesatuan dengan perusahaan yang memberi manfaat timbal balik. Prinsip kegiatan humas adalah mengharmonisasikan hubungan antara perusahaan beserta manajer dan karyawannya dengan masyarakat di sekitar perusahaan. Hubungan yang harus dibina oleh humas tidak hanya hubungan jangka pendek, tetapi juga hubungan jangka panjang. Hubungan timbal balik dengan rasa memiliki dibutuhkan oleh perusahaan agar perusahaan memperoleh dukungan komunitas.
Community relations pada dasarnya adalah kegiatan public relations. Mengingat community relations berhadapan langsung dengan persoalan-persoalan sosial yang nyata yang dihadapi komunitas sekitar organisasi. Melalui pendekatan community relations itu, organisasi bersama-sama dengan komunitas sekitarnya berusaha untuk mengidentifikasi, mencari solusi dan melaksanakan rencana tindakan atas permasalahan yang dihadapi.
Dalam hal ini, fokusnya adalah permasalahan yang dihadapi komunitas. Bukan permasalahan yang dihadapi organisasi. Namun dampak dari penyelesaian permasalahan yang dihadapi komunitas itu akan dirasakan juga oleh organisasi, mengingat program-program community relations pada dasarnya dikembangkan untuk kesejahteraan bersama organisasi dan komunitas. Karena kegiatan community relations pada dasarnya adalah kegiatan public relations, maka program dan kegiatan community relations organisasi akan melalui tahap-tahap proses public relations.
Hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan  masyarakat  sekitar  memang tidak dapat dibangun dengan mudah dalam waktu yang singkat. Namun dengan community relations yang tepat dan jelas, perusahaan diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kepentingan masyarakat sekitar sekaligus kepentingan perusahaan dalam membentuk citra positif-nya.

Ikuti agenda training terdekat-nya ;

Best Practice : Strategi Komunikasi Pemasaran Produk UKM dan Koperasi


UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM menyebutkan bahwa kriteria usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Karena skala usaha yang masih kecil, dimiliki dan dijalankan sendiri, maka strategi pemasaran UKM cenderung terjadi secara spontan, apa adanya, dan tidak fokus. Dari banyak diskusi dengan para pelaku Koperasi dan UKM di daerah, umumnya mereka ini tidak mau dipusingkan dengan perencanaan yang berbelit dan lebih memilih strategi pemasaran umkm yang fleksibel.
Lain itu, alasan ini muncul juga dikarenakan terbatasnya anggaran untuk pemasaran, sehingga pengusaha harus menemukan cara yang efektif dalam memasarkan produk atau jasa dengan biaya pemasaran yang rendah atau bahkan tanpa mengeluarkan biaya. Lalu, mengapa UMKM membutuhkan strategi pemasaran? Banyak alasan penting untuk menjawab pertanyaan ini.
Pertama, Pemasaran sebagai sarana untuk mengenalkan produk yang kita hasilkan kepada konsumen, mulai dari bahan, fitur, fungsi, dan berbagai detil produk. Kedua, Mengidentifikasi keinginan konsumen. Riset pemasaran perlu dilakukan untuk mengetahui keinginan dan perilaku konsumen. Dengan demikian, pengusaha bisa memenuhi harapan konsumen melalui produk yang dihasilkan. Ketiga, Pemasaran sebagai urat nadi perusahaan. Tanpa strategi yang baik, penjualan akan sulit dicapai. Keempat, Membangun branding. Umumnya konsumen akan memilih produk yang sudah mereka gunakan sebelumnya. Agar produk kita diketahui dan digunakan konsumen, maka membangun merek perlu dilakukan. Terakhir, Menciptakan komunikasi atau hubungan dengan konsumen. Hubungan baik dengan kosumen perlu dilakukan untuk me-maintain customer retention agar konsumen menjadi loyal dan tidak mudah berpaling ke pesaing.
Komunikasi pemasaran lebih jauh, bermanfaat untuk menjaga pertumbuhan usaha untuk jangka panjang. Usaha yang bisa bertahan lama, langgeng ditentukan oleh kekuatan merek, kualitas produk, dan komunikasi pemasaran yang kontinyu. Bagaimana langkah – langkah agar startegi pemasaran umkm berjalan efektif?

Ikuti agenda training terdekat-nya ;

CSR Strategic & Building Corporate Reputation


Bisnis, di luar kesadaran banyak orang, secara asasi sudah seharusnya bersifat sosial. Tidak mungkin bisnis dilakukan tanpa relasi dengan pihak lain, sehingga relasi sosial adalah keniscayaan dalam bisnis. Oleh karena itu, tak ada bisnis sehat yang tak dibangun dengan memperjuangkan rasa saling percaya, baik itu dengan perusahaan yang masuk supply chain, konsumen, maupun dengan pemangku kepentingan lainnya.
Lebih jauh, bisnis yang baik juga memiliki kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh pemangku kepentingan, karena kesejahteraan berarti kemampuan untuk membeli produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Kesejahteraan masyarakat secara umum juga kerap berarti kedewasaan berpikir serta perhitungan yang lebih matang, dan kesediaan membayar lebih tinggi untuk produk yang baik. Karenanya, kesejahteraan masyarakat itu penting diupayakan oleh perusahaan.
Bagi Perbankan, tanggung jawab sosial perusahaan atau populer dengan istilah corporate social responsibility (CSR) sebenarnya bukan hal asing. Sebab, sekarang, CSR di banyak industri tidak lagi hanya digunakan sebagai marketing gimmick. Tapi, sudah menjadi kebutuhan perusahaan bersangkutan untuk lebih dekat dengan masyarakat dan ling­kungan sekitarnya.
Wujudnya bermacam-macam. Mulai dari sekadar membagi-bagikan paket makanan siap santap; membuka posko layanan kesehatan, telekomunikasi, dan perbaikan kendaraan di daerah bencana; hingga terjun langsung mengevakuasi pengungsi. Perusahaan berharap, dengan melakukan kegiatan CSR, citra dan awareness terhadap perusahaan itu pun akan terdongkrak.
Pemikiran yang sama juga terbersit dalam benak kalangan perbankan. Sektor ini juga melihat CSR sebagai kebutuhan. Salah satu poin penting optimalisasi adalah kewajiban menerapkan CSR di setiap bank. “Bank Indonesia berpandangan bahwa CSR industri perbankan seyogianya dapat terarah pada upaya-upaya strategis dalam pembentukan masa depan bangsa, seperti bidang pendidikan.
Kepedulian sosial perbankan mulai tampak nyata. Beberapa bank saat ini memang sudah melakukan kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Kendati belum optimal, upaya perbankan ini merupakan awal yang positif untuk memulai kegiatan yang lebih besar. Beberapa bank lain pun termotivasi melakukan kegiatan CSR dengan lebih terencana. Bahkan, tidak jarang, kegiatan sosial dilakukan dalam yayasan tersendiri dan dengan bujet khusus. Tapi sejauh mana ini akan meningkatkan reputasi perusahaan sekaligus mewujudkan CSR Substansial?
Ikuti agenda training terdekat-nya ;
http://www.pelatihan-indonesia.com/csr-strategic-corporate-reputation/

Customer Retention Marketing: Membangun Hubungan Lebih Baik dengan Pelanggan


Pelanggan besar, bagi organisasi atau perusahaan tentu adalah pelanggan yang penting. Pelanggan besar adalah pelanggan yang kita harus pelihara. Bila perlu, kita harus memberikan perhatian yang ekstra kepada mereka. Perusahaan tidak boleh kehilangan mereka. Pelanggan inilah yang akan memberikan revenue dan profit di masa mendatang! Inilah pernyataan yang sering kita dengar. Benarkah keseluruhan pernyataan ini?
Tentu saja, sebagian benar, tetapi ada sisi di mana kita bisa berargumentasi. Memang, pelanggan besar sudah pasti pelanggan yang relatif penting baik buat perusahaan saat ini, maupun di masa mendatang. Mereka memiliki potensi yang besar. Pelanggan besar cenderung menjadi pelanggan lebih besar lagi. Mereka memiliki kemampuan sumber daya manusia, keuangan, dan mungkin teknologi yang mampu membuat pertumbuhan perusahaan.
Yang menjadi problem kemudian adalah situasi ketika kita tidak proporsional untuk mengelola pelanggan yang lebih kecil. Perusahaan lalu cenderung untuk tidak memberikan perhatian yang semestinya kepada pelanggan yang lebih kecil ini.
Bahkan situasi yang buruk bisa terjadi. Ternyata, pelanggan besar tidak memberikan keuntungan sebesar penjualannya. Mereka cenderung membeli dengan harga murah dan selalu minta diskon yang paling besar. Melayani kebutuhan mereka dalam hal pelayanan dan pemberian solusi juga membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya yang besar, dan akhirnya profit perusahaan tidak maksimal mencetak laba perusahaan.
Tidak jarang, terutama dalam industri consumer goods, produsen atau distributor pemasok pelanggan besar seperti Carrefour, Hypermart, Giant, atau yang lain-lain, sering menyatakan keluhannya. Mereka merasa bahwa memasok barang kepada perusahaan-perusahaan ini sering kali untungnya sangat sedikit. Selain itu, piutang mereka kemudian banyak dipotong untuk program promosi bersama.
Tidak mengherankan, bagian keuangan adalah pihak yang paling sering mengeluh, mengomel, atau bahkan jengkel dengan para pelanggan besar tersebut. Ini salah satu tanda bahwa ada pekerjaan yang perlu diselesaikan untuk melihat permasalahan lebih jernih sehingga lebih mudah untuk membuat keputusan.
Oleh karena itu, pesannya sederhana. Menghadapi pelanggan, baik pelanggan besar ataupun pelanggan kecil, diperlukan strategi dan pengelolaan yang tepat. Tidak mengherankan, sekarang marak perusahaan menerapkan “key account management”. Artinya, pelanggan besar adalah penting, tetapi harus dikelola masa depannya. Perusahaan juga harus melayani mereka, menciptakan hubungan yang baik, dan sekaligus terjadilah hubungan bisnis yang saling menguntungkan. Untuk mendapatkan profit yang optimal, perusahaan perlu untuk menjadikan dirinya sebagai supplier yang dipreferensi. Untuk mencapai key supplier status ini, adalah tugas account manager untuk memahami pelanggan besar dengan baik.

Ikuti agenda training terdekat-nya ;

IMC : Driver for Integrated Marketing Communications (IMC)


Pada masa kini, manusia yang modern dalam berbisnis seringkali menggunakan istilah Integrated Marketing Communication (IMC) atau disebut juga Komunikasi Pemasaran Terpadu dalam mempromosikan produknya. Komunikasi pemasaran digunakan sebagai kegiatan komunikasi yang ditujukan untuk menyampaikan pesan kepada konsumen dan pelanggan dengan menggunakan sejumlah media dan berbagai saluran yang dapat dipergunakan, tentunya dengan harapan terjadi tiga perubahan. Yaitu berubahnya tindakan, sikap, serta pengetahuan target pasar.
Menurut American Association of Advertising Agency, IMC adalah “Konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang mengkaji peran strategis masing-masing bentuk komunikasi (iklan, sales promotion, PR, direct marketing, dll) dan memadukannya untuk meraih kejelasan, konsistensi dan dampak komunikasi yang maksimal melalui pengintegrasian pesan.” Jika dijabarkan lebih luas maka IMC memiliki pengertian: Pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program komunikasi yang bersifat persuasif kepada konsumen secara berkesinambungan.
Karakteristik dari IMC yaitu, berawal dari konsumen, kemudian mempengaruhi perilaku dengan mendorong konsumen untuk bertindak, menggunakan berbagai macam sarana dan saluran untuk menghubungkan perusahaan dengan konsumen, lalu berusaha menjalin hubungan antara brand dengan pelanggannya sehingga tercipta sinergi komunikasi pemasaran. Tujuannya adalah untuk mengkomunikasikan value, meningkatkan brand awareness, membangun brand loyalty, mengurangi serangan dari competitor dengan menghadirkan pesan yang unik dan positif sehingga dapat melindungi perang harga di kalangan competitor.
Begitu bermanfaatnya penggunaan strategi IMC bagi suatu organisasi bisnis hingga banyak perusahaan yang menggunakannya untuk mendapatkan hati pelanggan. Manfaat-manfaat yang didapat adalah sebagai berikut:
Pertama, membentuk identitas merk yang kuat di pasar dengan mengikat bersama dan memperkuat semua citra dan pesan komunikasi perusahaan.
Kedua, mengkoordinasikan semua pesan, positioning dan citra, serta identitas perusahaan melalui semua bentuk komunikasi pemasaran.
Ketiga, adanya hubungan yang lebih erat antara perusahaan (melalui produk/jasanya) dengan para konsumennya.
Terlebih lagi, trend pengaplikasian IMC dapat mengurangi ketergantungan pada iklan yang banyak mengeluarkan biaya dan juga bisa mengembangkan analisa perilaku konsumen yang berguna untuk strategi pemasaran jangka panjang. Nah, jadi bagi Anda yang ingin mencoba berbisnis terapkanlah IMC dalam strategi pemasaran produk/jasa anda.

Ikuti agenda training terdekat-nya ;

PR Campaign; Pendekatan Penangan Krisis Citra


Dewasa ini, muncul kesadaran bahwa peran public relations sangat strategis bagi perusahaan, lembaga pemerintah, organisasi dan tokoh (pemimpin politik/artis/pejabat dsb). Pada banyak kasus, terbukti kerja-kerja PR sangat menentukan maju-mundurnya pendapatan perusahaan, menentukan sejauhmana pemerintah mendapat dukungan masyarakat dan DPR/DPRD sehingga dapat bekerja melayani masyarakat lebih baik dengan kinerja pembangunan dan pelayanan administrasi pemerintahan. Selain itu, juga menentukan tingkat popularitas seorang pemimpin politik yang berujung pada iklim pembangunan yang sinergi dan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif. 
Lebih dari itu, sewaktu-waktu peran PR justru dianggap paling penting di atas unit-unit atau departemen lain, terutama ketika perusahaan, lembaga pemerintah, organisasi atau seorang tokoh mengalami krisis citra, suatu keadaan di mana tingkat kepercayaan masyarakat/konsumen terpuruk drastis dikarenakan sebuah kejadian/peristiwa yang tidak diinginkan.
Misalnya, ketika sebuah hotel diberitakan negatif oleh media massa dikarenakan seorang tokoh pemimpin daerah ditangkap polisi di hotel tersebut saat pesta narkoba, atau ketika seorang gubernur kehilangan dukungan politik dari DPRD dikarenakan krisis politik perebutan jabatan para elit daerah, atau ketika seorang presiden diberitakan memiliki anak di luar nikah dan diketahui publik setelah anaknya sudah berusia 15 tahun.
Dalam kondisi krisis citra seperti ini, profesional PR berperan strategis mengelola isu yang berkembang. Memang tidak seorangpun, termasuk profesional PR mampu merubah atau mengendalikan kejadian yang menimpa klien, tetapi melalui pikiran jernih, tanggapan positif atas setiap peristiwa negatif dan berbagai pendekatan penanganan krisis citra, profesional PR dapat membantu memulihkan kepercayaan publik kepada klien.
Krisis ekonomi 1997 cukup menjadi catatan sejarah dan contoh pengalaman betapa kerja-kerja PR sangat menentukan dalam memulihkan kepercayaan konsumen pada perusahaan yang mengalami krisis citra. Dalam tempo beberapa tahun kemudian perusahaan bangkit dengan kinerja keuangan yang meningkat signifikan. 
Ketika itu kebebasan pers baru digulirkan, media berubah menjadi kekuatan yang amat kritis dan independen, banyak perusahaan yang pada masa orde baru dibangun dengan pengaruh korupsi, kolusi dan nepotisme melalui pendekatan kekuasaan tiba-tiba bertumbangan setelah rentetan pemberitaan media yang membuat citra perusahaan terjun bebas dan berujung pada PHK massal karyawan, berlanjut dengan pengusutan keterkaitan perusahaan tersebut dengan korupsi penggunaan dana APBN. Tidak sedikit perusahaan yang tumbang, tetapi ada juga sebagian perusahaan yang berhasil melalui masa krisis berkat kontribusi peran profesional PR.
Meski demikian, sayangnya, belum banyak perusahaan yang menempatkan kedudukan PR sebagai struktur resmi perusahaan dan baru sebagian tokoh nasional yang menempatkan kerja PR sebagai staf khusus. Jadi, profesional PR kebanyakan dipakai hanya pada saat krisis terjadi. Padahal, pengelolaan citra adalah proses bekerkelanjutan, berdimensi jangka pendek dan panjang.
Posisi PR Manager dalam struktur manajemen perusahaan dan manajemen pribadi tokoh sangat berpengaruh terhadap pengelolaan informasi dan opini publik, serta kemampuan mencermati dinamika yang berkembang untuk mencegah terjadinya krisis citra.
Dalam manajemen perusahaan, posisinya yang jauh dari direksi, hanya sub bagian dari departemen membuat profesional PR tidak leluasa mengelola informasi dan menyampaikan kepada publik melalui media massa. Ini bisa berdampak buruk, karena keterbatasan informasi, wartawan mengorek informasi dari sumber alternatif yang justru tidak diinginkan perusahaan karena berpeluang kontraproduktif, membuat krisis citra kian berkepanjangan.
Intinya, kedudukan profesional PR dalam struktur manajemen perusahaan dan manajemen pribadi tokoh yang rendah membuat wewenangnya terbatas. Birokrasi yang panjang dapat menghambat kinerja profesional PR dalam mengambil keputusan strategis baik untuk mencegah terjadinya krisis citra maupun untuk menangani informasi ketika krisis citra terjadi. Idealnya, profesional PR ditempatkan dalam struktur manajemen yang memungkinkan berhubungan langsung dengan klien utama (pucuk pimpinan perusahaan atau tokoh atau pimpinan pemerintah atau pimpinan organisasi) setiap hari.

Ikuti agenda training terdekat-nya ;

Media Relations : Best Practice and Techniques in Media Relations


Dalam dunia kehumasan, terutama dalam menjalin hubungan dan menciptakan image positif dengan publik eksternal, PR tidak bisa lepas dari media. Yang dimaksud media disini adalah pers / wartawan (termasuk institusinya).
Dalam banyak kesempatan dua profesi ini sering kali bersinergi positif, saling membutuhkan. Public Relations sering kali menjadi narasumber untuk insan pers, sebaliknya pers menjadi kepanjangan tangan yang menyuarakan kegiatan-kegiatan PR agar apa-apa yang dilakukannya diketahui oleh stakeholdernya. Oleh karena itu kegiatan ini memerlukan treatment tersendiri. 
Untuk menjalin hubungan dengan media, diperlukan suatu pemahaman media ( media understanding ). Media understanding adalah bagaimana seorang PR memahami suatu media yang akan digunakan untuk “menjual” / membuat image positif dari suatu perusahaan / organisasi kepada publik. Oleh karena itu salah satu relationship yang dilakukan oleh PR adalah media relations.
PRSSA, Stanley J Baran (2004, 361) mendefinisikan Media Relations sebagai “…the public relations professional maintain good relations with professionals in the media, undestrand their deadlines and other restraints, and earn their trust (PR profesional menjaga hubungan baik dengan para profesional di media, mereka memahami deadline dan hambatan lain, dan mendapatkan kepercayaan mereka”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan pers adalah usaha untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan / informasi PR dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.
Tujuan pokok dari hubungan pers / hubungan media adalah “menciptakan pengetahuan dan pemahaman”, jadi bukan hanya semata – mata untuk menyebarkan suatu pesan yang sesuai dengan keinginan perusahaan demi mendapatkan suatu sosok / citra yang lebih indah dari aslinya.
Sedangkan ditelaah berdasarkan relasi relasi antara individu atau organisasi/ perusahaan dengan media, media relations adalah relasi yang dibangun dan dikembangkan dengan media untuk menjangkau publik guna meningkatkan pencitraan, kepercayaan, dan tercapainya tujuan-tujuan individu maupun organisasi/perusahaan.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa perusahaan mengunakan media massa sebagai medium penyampai pesan dan pencitraan kepada publik. Semakin banyak akses yang didapat publik dari media massa berkaitan dengan produk atau layanan yang diberikan oleh perusahaan, maka diharapkan semakin besar tingkat kepercayaan publik.
Praktiknya, banyak pilihan saluran komunikasi atau media yang bisa dipakai perusahaan dalam menyampaikan pesan. Dalam kajian komunikasi massa ada empat saluran komunikasi, yaitu media antarpribadi, media kelompok, media massa, dan media publik. Setiap media ini memiliki karakteristik dan aturan mainnya. Lebih jauh, masing-masing saluran komunikasi akan memberikan hasil dan dampak tersendiri. Namun, kecepatan menjangkau publik hanya bisa dilakukan oleh media massa.  Akhirnya, untuk membina hubungan baik, diperlukan sebuah pengenalan media dan strategi hubungan yang baik pula.

Ikuti agenda training terdekat-nya ;

Translate

More

Search This Blog

Ujang Rusdianto

Ujang Rusdianto
Consultant / Trainer / Public Speaker / Lecturer UMN / Owner Kasa 1 Indonesia

Kontak

Riveira Village
Jl. Riveira Barat No. 27
Tangerang, Banten
Telp : (021) 2222 8658
Mobile : 0878-3855-1988 (Whatsaap)
0821-1376-0538