Lebih Dekat dengan Cinematography

Jakarta, 27 Juni 2014 (Ujang Rusdianto) - Membincang istilahnya, cinematography (sinematografi) terdiri dua frasa, yaitu “Cinema” berarti Gerak dan “Graphy” berarti menulis, dengan kata lain menulis dalam gerak (written in motion). Maka sinematografi dapat diartikan sebagai proses pengambilan ide, kata-kata, aksi, emosi, nada dan segala aspek non-verbal yang ditampilkan dalam bentuk visual.

Didalam sinematografi terdapat tool of cinematografi. Apa saja? Untuk menjawab pertanyaan ini setidaknya ada enam tools, yaitu : Frame, Lens, Lights and Colour, Texture, Movement dan Point of View (POV).
Pertama, frame. Framing merupakan pembagian adegan berdasarkan sudut pandang, posisi kamera, persepsi cerita yang ditampilkan dalam sebuah shoot. Kedua. Lens, merupakan bagaimana sebuah gambar mewakili sudut pandang mata. Ketiga, Lights and Colour. Merupakan penggunaan warna dan pencahayaan dalam sebuah pengambilan gambar. Keempat, Texture. Menampilkan detil dari sebuah shoot. Kelima, Movement. Merupakan setiap gerakan, dimana gambar yang diambil dalam sebuah media audio visual harus memiliki arti. Keenam,  Point of View (POV). Merupakan bagaimana kamera mewakili sudut pandang sebuah karakter dalam sebuah shoot.
Cinematic sebagai hal penting
Cinematic merupakan upaya memecah suatu realitas kejadian fiktif atau nyata, kemudian menyatukannya kembali sehingga menciptakan suatu realitas baru yang cukup akurat dalam mempresentasikan kejadian tersebut dalam persepsi penonton. Jadi, cinematic merupakan proses penggabungan dari beberapa gambar bergerak melalui proses editing untuk menghasilkan suatu cinema.
Gambar-gambar yang disusun di atas harus menampilkan kontinuitas (continuity cinematic). Kontinuitas berarti sebuah konsistensi yang logis dalam hal cerita, dialog, dan gambar, sehingga sebuah film tersebut dapat mempresentasikan sebuah kejadian yang nyata.
Setidaknya terdapat empat tipe kontinuitas, yaitu content, movement, position dan time. Keempat tipe ini akan diuraiakan sebagai berikut :
Pertama, content. Masing-masing property yang digunakan dalam sebuah adegan harus “match” (sama) pada semua shoot.
Kedua, movement. Apapun yang bergerak dalam sebuah shoot, harus di sambung dengan halus (seamless) pada shoot berikutnya.
Ketiga, position. Posisi kamera harus disesuaikan dengan sudut pandang “karakter aktif”.
Keempat, time. Pembagian waktu dan kontinuitas waktu dalam sebuah shoot harus logis ketika berpindah ke shot lain.
Yang harus dipahami, dalam setiap penyusunan pengambilan atau penyatuan gambar kembali dalam proses editing, jangan sampai membuat khalayak yang menyaksikan cinema menjadi bingung atau membuat cerita menjadi membingungkan. Screen direction dalam hal ini menjadi penting dan harus diperhatikan.
Lalu bagaimana dengan group shoot (objek berkelompok)? Untuk mendapatkan kontinuitas dalam group shoot, dapat menciptakan sebuah garis semu yang menjadi urutan shoot. Misal ada objek ABCDE (lima orang), maka dapat dilakukan mengambil 5 objek sekaligus sebagai entire, kemudian mengambil 3 objek/2 objek, dan 1 objek sebagai detil, dimana dari setiap gambal yang diambil tersebut menggunakan angle yang berbeda.
Tipe of Cut
Gambar yang terlalu lama terkadang sangat membosankan, sehingga ada beberapa gambar yang harus di potong (cut). Untuk melakukannya, ada beberapa tipe of cut, yaitu :
Pertama, content cut (memotong sebuah scene yang sama, misalnya sebuah adegan dialog).
Kedua, action cut (memotong adegan yang memiliki sebuah gerakan, misalnya orang menaik mobil – maka di mulai dari menekan tombol remote, memegang handle pintu mobil, membuka mobil, dan masuk mobil.
Ketiga, POV cut (memotong antar shot yang mengacu pada sudut pandang, misalnya sebuah karakter mendengar suara pesawat, kemudian melihat kea rah pesawat, dan pesawat terlihat).
Keempat, Match cut (memotong antar shoot yang berbeda tetapi memiliki objek yang memiliki kesamaan (misalnya, aktor berteriak, cut pada aktor utama yang menguap).
Kelima, Conceptual Cut (memotong adegan yang berbeda, dimana mengandung sebuah ide baru atau konsep baru yang ingin ditunjukkan ke audience (contoh, adegan manusia purba melempar tulang ke atas dilanjutkan dengan satelit yang melayang).
Tipe terakhir atau Keenam, Zero Cut (memotong adegan yang berbeda, ketika ada objek yang melintas di depan aktor).UR

Translate

More

Search This Blog

Ujang Rusdianto

Ujang Rusdianto
Consultant / Trainer / Public Speaker / Lecturer UMN / Owner Kasa 1 Indonesia

Kontak

Riveira Village
Jl. Riveira Barat No. 27
Tangerang, Banten
Telp : (021) 2222 8658
Mobile : 0878-3855-1988 (Whatsaap)
0821-1376-0538