Public Relations : Dulu, Kini dan Nanti

Jakarta, 12 Desember 2014 (Ujang Rusdianto) - Kebutuhan akan Public Relations dalam mendukung keberhasilan suatu perusahaan sudah lama dirasakan. Sejak diperkenalkan awal abad ke-20, Public Relations terus mengalami perkembangan yang luar biasa.
Publikasi Argenti (2010 : 52) menyebut, para tokoh dari bidang Public Relations – seperti Ivy Lee dan Edward Bernays, dan kemudian Horward Rubenstein dan Daniel Edelman – membantu fungsi hubungan masyarakat berkembang dari akar jurnalistiknya pada sebuah profesi yang lebih dipoles dan dihargai.
Selain Public Relations internal, agensi Public Relations juga turut mendominasi bidang sistem komunikasi. Beberapa agensi Public Relations terkemuka seperti Fleishman Hilliard dan Edelman di Amerika Serikat, Weber Sandwich di Inggris dan Amerika Serikat, Ogilvy PR di Jepang-masih menyediakan nasihat-nasihat terbaik atas sejumlah isu yang berhubungan dengan komunikasi. 

Sebuah Definisi Baru Dimunculkan
Di Indonesia, perkembangan Public Relations secara akademis dan praktisi sedikit berbeda. Dalam dunia bisnis, Public Relations sudah lama dikenal sejak tahun 1950-an, tetapi dalam dunia akademis baru dikenal sejak tahun 2000-an. Meski sudah cukup lama dikenal, peranan Public Relations di Indonesia masih belum dapat diimplikasikan sebagaimana seharusnya dalam struktur manajemen, seperti halnya yang telah dilakukan di negara-negara barat.
Perkembangannya selanjutnya, Public Relations kini telah memasukan konsep dan strategi digital dalam lingkup kerjanya, yang kemudian memunculkan istilah Cyber PR, Online PR atau PR 2.0. Adanya perubahan ini setidaknya telah mengubah definisi Public Relations yang selama ini telah menjadi konsensus. Public Relations Society of America (PRSA) bahkan telah menawarkan kepada para praktisi dan akademisi Public Relations terkait definisi Public Relations yang baru, yaitu : “Public Relations adalah sebuah proses komunikasi strategis yang membangun hubungan saling menguntungkan antara organisasi dan publik mereka” (www.marketing.com, dipublikasikan 8 Maret 2012).
Gerry Corbett, Chairman sekaligus CEO PRSA berpendapat definisi baru di atas bisa memberikan kejelasan kepada masyarakat luas tentang fungsi Public Relations  saat ini. Larry Parnell, Direktur Program Strategic public Relations di Graduate School of Political Management, Universitas George Washington  juga menyambut baik adanya definisi baru yang dipublikasikan PRSA di atas. Namun Parnell pun mengusulkan perubahan kata publik menjadi stakeholder dalam definisi baru tersebut. Menurutnya, stakeholder lebih deskriptif dan jauh lebih jelas serta dapat dipahami oleh semua orang.
Sementara itu, pendapat berbeda terkait definisi baru tersebut datang dari Mike McDougall, Managing Partner McDougall Travers Collins. Menurutnya definisi baru yang terpilih dan dipublikasikan PRSA sedikit kabur, terlalu teoritis dan tidak sesuai jika diterapkan dalam di dunia bisnis. Namun hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar ketika kita berusaha merangkum sesuatu yang terlalu besar.

Translate

More

Search This Blog

Ujang Rusdianto

Ujang Rusdianto
Consultant / Trainer / Public Speaker / Lecturer UMN / Owner Kasa 1 Indonesia

Kontak

Riveira Village
Jl. Riveira Barat No. 27
Tangerang, Banten
Telp : (021) 2222 8658
Mobile : 0878-3855-1988 (Whatsaap)
0821-1376-0538